Nama : Agustin Husnul Khotimah
Kelas : VIII E
Sekolah : SMP Negeri 5 Probolinggo
Tempat/ tgl lahir : 21 Agustus 1996
PROBOLINGGO - Rencana pendirian Museum dan Pusat Kebudayaan Probolinggo di kota
ini disambut baik oleh sejumlah seniman. Sebab, dengan begitu, semua kegiatan
budaya dan puncak-puncak kesenian yang dimiliki oleh Kota Probolinggo dapat
lestari dan menarik wisatawan.
Pendirian Museum dan Pusat Kebudayaan Probolinggo itu sekarang tengah dirintis
oleh Pemkot Probolinggo bekerja sama dengan lembaga bernama BIAS (British
Indonesia Artists' Society) yang ada di Bringhton, Inggris. Dijadwalkan, pada
2009 sudah mulai ada tahapan-tahapan untuk merealisasikannya.
Seniman lukis Kota Probolinggo Djoko Sudarto pun menyambut gembira rencana ini.
"Alhamdulillah. Dengan begitu semua seniman yang ada di kota bisa punya ruang
untuk mengadakan pameran atau kegiatan. Kalau ada museum dan pusat kebudayaan,
dapat memudahkan seniman-seniman muda yang cenderung malas mengurus
administrasi," ujarnya kemarin.
Tidak hanya itu, kata Joko, inovasi pendirian museum juga dapat memberikan
pengetahuan mengenai sejarah kota Probolinggo agar tidak ngambang lagi. "Karena
sejarah kota Probolinggo ini sudah hampir terlupakan. Bagi saya, memiliki
museum adalah hal yang positif," katanya.
Paling tidak, tambah dia, kota Probolinggo harus mempunyai gedung dan wadah
untuk kegiatan kelompok-kelompok para seniman. Sehingga di lokasi itulah semua
kebudayaan khas kota Probolinggo dipusatkan di museum tersebut.
Joko berharap, koleksi di museum seharusnya punya nilai budaya tinggi. Ia
mengharapkan, minimal ada arca yang sebelumnya dipasang di depan markas Kodim
0820 Probolinggo. "Dulu, pada tahun1974 disana ada reco-nya. Tetapi sekarang
sudah tidak ada, entah siapa yang mencuri," imbuhnya.
Terwujudnya museum dan pusat kebudayaan juga disebut-sebut Joko sebagai pemicu
semangat generasi mudah dalam berkiprah. Guna mendukung berdirinya museum,
pemerintah harus berkomitmen dan punya anggaran khusus.
"Nantinya pelaku seni yang ingin memakai gedung, semoga izinnya tidak
dipersulit. Biarlah seniman-seniman di sini bisa memanfaatkan modal kreasi di
kotanya sendiri daripada di kota lain. Soal lokasinya, saya setuju juga di
Panti Budaya (Jl Suroyo) karena di sana itu peninggalan Belanda," pungkas Joko.
Sementara itu, seniman tari dari sanggar Bayu Kencana Peni Priyono justru
mendorong agar pemkot proaktif dalam rencana pembuatan museum tersebut. "Untuk
sisi kebudayaan kota Probolinggo, museum sangat diperlukan. Kalau tidak ingin
ketinggalan, ya kita harus punya," jawabnya.
Bagi Peni, sekecil apapun kota ini, tetap harus punya tempat pusat kebudayaan.
"Jangan hanya dilihat dari segi ekonominya saja. Tetapi lebih menguntungkan
dari segi wisata, penelitian dan pembelajaran. Jadi, saya rasa ini hal yang
sangat penting memang. Toh, untuk perpustakaan umum sudah ada. Tinggal
museumnya," katanya kepada Radar Bromo.
Digambarkan olehnya, di dalam museum itu bakal menyimpan benda-benda adat
seperti busana dan senjata. Di musem tersebut juga sebagai tempat penelitian
dan lokasi pembelajaran sejarah masa lalu kota Probolinggo.
"Perlu diingat juga, museum tidak sekedar untuk menyimpan tetapi juga sebagai
tempat melestarikan budaya yang pernah ada di kota Probolinggo dan sekitarnya.
Atau bahkan budaya milik bangsa Indonesia," pungkasnya
Letak Geografis |
Written by Administrator | |
Selasa, 16 Februari 2010 | |
Letak Kota Probolinggo berada pada 7º 43’ 41” sampai dengan 7º 49’ 04” Lintang Selatan dan 113º 10’ sampai dengan 113º 15’ Bujur Timur dengan luas wilayah 56,667 Km². Disamping itu Kota Probolinggo merupakan daerah transit yang menghubungkan kota-kota (sebelah timur Kota) : Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Situbondo, Lumajang, dengan kota-kota (sebelah barat Kota) : Pasuruan, Malang, Surabaya. Adapun batas wilayah administrasi Kota Probolinggo meliputi : 1. Sebelah Utara : Selat Madura 2. Sebelah Timur : Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo 3. Sebelah Selatan : Kecamatan Leces, Wonomerto, Sumberasih Kab. Probolinggo 4. Sebelah Barat : Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo Luas wilayah Kota Probolinggo tercatat sebesar 56.667 Km². Secara administrasi pemerintahan Kota Probolinggo terbagi dalam 3 (tiga) Kecamatan dan 29 Kelurahan yang terdiri dari Kecamatan Mayangan terdapat 11 Kelurahan, Kecamatan Kademangan terdapat 9 Kelurahan, dan Kecamatan Wonoasih terdapat 9 Kelurahan. Kota Probolinggo mempunyai perubahan iklim 2 jenis setiap tahunnya, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal, musim penghujan berada pada bulan Nopember hingga April, sedangkan musim kemarau berada pada bulan Mei hingga Oktober setiap tahunnya. Jumlah curah hujan pada tahun 2007 dari hasil pemantauan pada 4 stasiun pengamatan hujan yang ada di Kota Probolinggo, tercatat 1.072 mm dan hari hujan sebanyak 63 hari. Apabila dibandingkan dengan rata-rata curah hujan tahun 2006 sebesar 1.368 mm dengan 74 hari hujan, maka kondisi tahun 2007 lebih kering dibandingkan tahun 2006, dimana curah hujan per hari pada tahun 2006 sebesar 3,75 mm/hari, sedangkan curah hujan per hari pada tahun 2007 sebesar 2,94 mm/hari. Curah hujan terlebat terjadi pada bulan Pebruari dan Maret rata-rata sebesar 19,84 mm per hari. Selain itu pada bulan Juli sampai dengan September di Kota Probolinggo terdapat angin kering yang bertiup cukup kencang (kecepatan dapat mencapai 81 km/jam) dari arah tenggara ke barat laut, angin ini populer dengan sebutan “ Angin Gending “ . Secara umum, kondisi dan struktur tanah Kota Probolinggo cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman. Hal ini banyak dipengaruhi oleh pengairan yang cukup, sehingga memungkinkan pengembangan lahan sawah untuk tanaman pangan maupun hortikultura, khususnya bawang merah yang merupakan komoditi unggulan. Meskipun merupakan wilayah perkotaan, pola penggunaan tanah di Kota Probolinggo ternyata masih terdapat lahan sawah seluas 1.967,70 hektar (21 %), lahan bukan sawah seluas 3.699,00 hektar (39,5 %). Lahan bukan sawah terbagi atas lahan kering 3.595,00 hektar (38,4 %) dan lahan lainnya (tambak) seluas 104 hektar (1,11%).Melihat potensi dan pemanfaatan wilayah demikian itu, banyak alternatif yang bisa dipilih untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan pemberdayaan potensi daerah kota, guna mewujudkan visi Kota Probolinggo sebagai kota tujuan investasi yang perspektif, kondusif dan partisipatif. |
Bila anda berkunjung ke kota probolinggo, tidak lengkap rasanya bila tidak mencicipi kuliner sego mbledos. Sego mbeldos merupakan makanan yang ada hanya ada di Probolinggo dan bentuknya unik menyerupai Gunung Bromo. Mungkin karena punya tempat wisata Gunung Bromo sehingga masakan Khas kulinernya harus disuguhkan dengan bentuk khas gunung Bromo. Menu ini, tak akan ada ditempat lain, karena menu kuliner sego mbledos hanya ada di cafe van de goen, jalan suroyo kecamatan mayangan kota Probolinggo. Sego mbeldos atau dalam bahasa indonesia berarti nasi meletus merupakan menu andalan cafe ini yang nasinya menyerupai bentuk dari gunung bromo. Betapa tidak dengan bentuk menyerupai gunung dan disampingnya berisikan plecing kangkung layaknya savana gunung bromo yang eksotik. Bahkan untuk sambalnya di bikin lumer dan berwarna merah meyerupai lava pijar yang keluar dari gunung. Dikatakan mbeledos karena bila nasi ini dimakan di dalam nasi yang bentuknya kerucut ini akan keluar berbagai macam lauk pauk seperti sambal goreng ikan teri goreng dan urap urap. Suleman, Penikmat Sego Bledos mengatakan, Probolinggo memang punya masakan khas yang tak akan pernah dijumpai didaerah lain. Rasanya memang Lain dari pada yang lain,” ujar Sulaiman yang juga ketua DPRD Kota Probolinggo ini. Dengan harga relatif murah hanya 10 ribu saja, lidah anda akan dimanjakan dengan sensari rasa yang menggoda. Sementara, Gaguk Putranto Superviser Cafe Van De Goen menceritakan ide awal dari pembuatan menu ini ingin membua tmenu nasi yang identik dengan icon wisata probolinggo. Cara pembuatan nasi mbedos ini nasi putih di cetak dalam cetakan berntuk kerucut dengan cara satu sendok nasi putih yang dipadatkan kemudian di campur lauk ikan teri kemudian nasi putih lagi dan ditmabahkan sambal goring dan seterusnya. Kemudian bila sudah menyerupai gunung ( kerucut) di pinggir nasi di berikan aneka lalapan seprti urap urap mentimun dan plecing kangkung. Selanjutnya di atas kerucut nasi di berikan sambal cair berwarna merah hingga membentuk lava pijar yang keluar dari gunung. |